Model mental merupakan representasi internal manusia tentang dunia dan cara kerjanya, yang digunakan untuk memahami situasi, memecahkan masalah, atau membuat keputusan. Lokasi fisik penyimpanan model mental dalam otak kita tidak dianggap perlu diketahui — yang penting adalah interaksi antar jenis memori. Model mental sangat bergantung pada pengalaman dan pembelajaran — artinya kita menggunakan berbagai sistem memori yang saling melengkapi untuk mengembangkan pola pikir yang lebih kompleks. Misalnya, memori episodik memungkinkan kita mengingat cerita tertentu, sementara memori konseptual membantu kita memahami prinsip-prinsip yang mendasarinya.

Gambar di atas menggambarkan sistem memori manusia, termasuk bagaimana berbagai jenis memori berinteraksi dalam mendukung fungsi kognitif. Sistem sensor dan ingatan jangka pendek menyimpan informasi yang diterima dan yang akan digunakan untuk beraktivitas. Memori ini dapat secara langsung atau melalui penyangga disimpan pada memori jangka panjang, dalam bentuk yang dapat berbeda: ingatan yang bersifat prosedural, pemicu, atau yang bersifat episodik dan semantik. Kedua model terakhir merupakan bagian dari memori konseptual yang tersimpan lebih baik dalam ingatan jangka panjang.
Terdapat berbagai jenis model mental yang berbeda, baik dalam fungsi, kekhususan, maupun kedalaman. Model ini bergantung pada konteks situasi yang dihadapi. Sebagai contoh, seorang dokter mungkin memiliki model mental yang sangat mendalam dalam memahami anatomi manusia, sementara seorang petani mungkin memiliki model mental yang kaya tentang pola cuaca dan tanah. Keragaman ini menunjukkan bahwa model mental bersifat situasional dan berkembang sesuai kebutuhan lingkungan.
Kepustakaan model mental ini dapat dikembangkan melalui pembelajaran dan pendidikan, terutama bila disertai dengan narasi yang efektif. Cerita dan anekdot memainkan peran penting dalam membangun koneksi emosional dan mempermudah pemahaman prinsip-prinsip abstrak. Melalui storytelling, konsep yang rumit dapat disampaikan dengan cara yang menarik dan mudah diingat, memungkinkan model mental seseorang berkembang lebih cepat dan efisien. Narasi yang kuat dapat memberikan kerangka acuan yang membantu menyatukan berbagai elemen informasi menjadi satu kesatuan yang bermakna.
Faktor kemenarikan sebuah cerita juga sangat menentukan bagaimana informasi disimpan dalam memori. Cerita yang menarik, penuh emosi, dan relevan cenderung masuk ke dalam memori episodik yang lebih kuat, sementara elemen-elemen konsep yang terhubung secara logis dapat disimpan dalam memori konseptual atau semantik. Oleh karena itu, menyampaikan konsep dengan menggunakan cerita yang menyentuh emosi dan memberikan konteks nyata dapat membuat konsep tersebut lebih mudah diakses dan diterapkan dalam berbagai situasi di masa mendatang.
Dengan demikian, storytelling menjadi alat yang tidak hanya efektif dalam mendistribusikan pengetahuan tetapi juga dalam membentuk dan memperdalam model mental seseorang. Ini menjelaskan mengapa pendidikan yang berbasis cerita, seperti dongeng atau kisah nyata yang berkesan, telah lama menjadi metode penting dalam berbagai tradisi budaya dan sistem pembelajaran formal.
Leave a Reply