Teori Disonansi Kognitif (Cognitive Dissonance) yang dikembangkan oleh Leon Festinger dianggap penting dalam pengembangan strategi perusahaan, karena memberikan wawasan bagaimana organisasi dan individu di dalamnya menghadapi inkonsistensi antara keyakinan, tindakan, dan realitas bisnis. Dalam penyusunan strategi, teori ini membantu pemimpin memahami bagaimana penyusun strategi seharusnya menghadapi bias antara strategi yang tengah disusun dengan keyakinan penuh, dengan visi dan realitas bisnis yang seringkali jauh berlawanan. Dalam implementasi strategi, pemimpin dapat mensikapi respons pelaku strategi menghadapi perubahan visi, misi, atau pendekatan baru. Ketika strategi baru bertentangan dengan nilai atau budaya organisasi yang sudah ada, disonansi dapat muncul, sehingga diperlukan pendekatan yang cermat untuk mengelola perubahan, seperti komunikasi yang efektif atau pelibatan tim dalam proses strategis.

Teori disonansi kognitif membahas tentang ketegangan psikologis yang muncul ketika terdapat ketidakselarasan antara keyakinan, nilai, atau sikap seseorang dengan tindakan atau realitas yang dihadapinya. Gambar di atas menggambarkan inti dari teori ini, di mana inkonsistensi antara keyakinan dan realitas atau tindakan menghasilkan disonansi.

Disonansi ini menciptakan perasaan tidak nyaman pada individu atau perusahaan, mendorong mereka untuk mengurangi atau menghilangkannya. Ada tiga mekanisme utama untuk menurunkan disonansi: mengubah keyakinan, mengubah persepsi, atau mengubah tindakan. Mengubah keyakinan berarti menyesuaikan pandangan atau pendirian agar sesuai dengan tindakan atau fakta yang ada. Mengubah persepsi melibatkan reinterpretasi atau pembingkaian ulang situasi sehingga lebih selaras dengan keyakinan yang sudah ada. Sementara itu, mengubah tindakan berarti seseorang memilih untuk mengubah perilaku atau tindakannya agar sesuai dengan keyakinannya.

Proses ini menunjukkan bahwa kita memiliki dorongan psikologis untuk mempertahankan harmoni internal antara pikiran, perasaan, dan tindakannya. Festinger berpendapat bahwa pengurangan disonansi ini menjadi inti dari banyak keputusan kita, termasuk dalam situasi sosial, moral, dan bahkan dalam justifikasi diri. Teori ini memberikan kerangka untuk memahami bagaimana kita menghadapi konflik internal dan menemukan keseimbangan kognitif.

Dalam pengembangan bisnis, teori ini relevan untuk menjelaskan bagaimana perusahaan dapat menghadapi ketidaksesuaian antara tujuan awal dengan kondisi pasar yang berubah. Pemahaman akan disonansi kognitif dapat membantu perusahaan lebih fleksibel dalam menyesuaikan model bisnis atau pivot strategi tanpa kehilangan kepercayaan dari karyawan atau pemangku kepentingan lainnya. Hal ini penting untuk menjaga adaptabilitas dalam menghadapi ketidakpastian pasar.

Secara keseluruhan, teori Festinger membekali para pemimpin perusahaaan untuk memahami dinamika psikologis yang memengaruhi individu dan organisasi, yang pada akhirnya berkontribusi pada efektivitas penyusunan strategi, adaptasi bisnis, dan komunikasi dengan karyawan dan kustomer.