Buku ini sempat dikaji bersama team beberapa tahun lalu: Architecting the Digital Transformation, dengan editor Zimmermann, Schmidt, dan Jain. DOI: 10.1007/978-3-030-49640-1. Kajian didalamnya meliputi juga transformasi digital berskala enterprise, dengan penekanan pada agility yang digerakkan oleh arsitektur, evolusi peran arsitektur perusahaan, serta perubahan di level sistem pada budaya dan organisasi.

Transformasi digital kini menjadi agenda penting bagi enterprise yang ingin tetap kompetitif di tengah perubahan teknologi dan sosial yang sangat cepat. Namun, keberhasilan pada skala enterprise tidak cukup hanya dengan mengadopsi teknologi baru. Dibutuhkan penataan ulang arsitektur bisnis, budaya organisasi, dan tata kelola yang mendukung perubahan berkelanjutan.

Buku ini memberikan pandangan berbasis riset tentang navigasi kompleksitas transformasi digital di tingkat enterprise. Salah satu gagasan kuncinya adalah pentingnya pendekatan perpetual evolution—sebuah model arsitektur yang modular, fleksibel, dan memungkinkan inovasi terus-menerus. Sistem dirancang agar komponennya dapat diganti atau dikembangkan secara mandiri, sehingga integrasi teknologi baru menjadi lebih cepat dan efisien. Pendekatan ini sangat relevan di era teknologi yang bergerak dinamis, sekaligus menghindarkan perusahaan dari keterikatan pada infrastruktur monolitik.

Sebagai pelengkap, buku ini juga membahas strategi bimodal IT: kombinasi antara core system yang stabil dan lapisan inovatif yang agile. Model ini memungkinkan perusahaan melakukan eksperimen dan iterasi cepat tanpa mengganggu stabilitas operasional, menjembatani sistem lama dengan inisiatif digital yang lebih progresif.

Pentingnya menyelaraskan tim agile dengan peran enterprise architect menjadi tema berulang. Kedua peran ini sering dianggap bertentangan—agile mengejar kecepatan dan fleksibilitas, sementara arsitektur fokus pada struktur dan tata kelola. Namun melalui studi kasus, buku ini menunjukkan bahwa kolaborasi keduanya justru memperkuat integritas solusi dan kecepatan delivery. Architect tidak lagi hanya membuat blueprint dari jauh, tapi ikut dalam tim, menyusun roadmap, dan berperan sebagai fasilitator.

Untuk memastikan praktik arsitektur tetap berjalan tanpa kontrol berlebihan, diperkenalkan pendekatan berbasis insentif sosial dan governance ringan. Salah satu contoh inovatifnya adalah Architecture Belt—sistem gamifikasi berbasis tingkatan yang mendorong kepatuhan terhadap prinsip arsitektur secara menyenangkan dan partisipatif. Ini sangat efektif dalam lingkungan agile skala besar, di mana keselarasan dan otonomi perlu berjalan beriringan.

Transformasi digital juga menuntut perubahan budaya. Organisasi perlu membangun digital dexterity—budaya kerja yang mendukung pembelajaran cepat, eksperimentasi, dan kemandirian tim. Transformasi yang berhasil biasanya lahir dari tim lintas fungsi yang diberdayakan untuk mencoba, gagal, dan berkembang. Di sini, peran architect juga bergeser: bukan sekadar perencana, melainkan kontributor aktif dalam ekosistem digital, mulai dari pengelolaan knowledge base hingga dukungan teknis langsung.

Buku ini turut membahas evolusi Enterprise Architecture Management (EAM). Model EAM tradisional yang terpusat dan statis dianggap tidak lagi relevan dengan praktik agile dan DevOps saat ini. Sebaliknya, Agile EAM bersifat iteratif, kolaboratif, dan dekat dengan tim pelaksana, memungkinkan organisasi lebih gesit merespons dinamika pasar dan teknologi.

Terakhir, metode Service-Dominant Design (SDD) diperkenalkan sebagai kerangka kerja untuk merancang layanan digital yang berbasis co-creation. SDD menekankan pentingnya membangun solusi bersama pengguna dengan pendekatan kontekstual dan iteratif, sehingga hasilnya tidak hanya fungsional tapi juga relevan secara nyata.

Secara keseluruhan, peran strategis enterprise architecture sedang mengalami redefinisi. Arsitek digital terbaik kini berperan aktif dalam membentuk platform, mendorong kolaborasi lintas tim, dan menjaga konsistensi antar inisiatif digital. Mereka memadukan struktur dan agility dalam satu kerangka yang tumbuh bersama bisnis. Inilah fondasi transformasi digital yang berkelanjutan—sebagaimana dijabarkan secara mendalam dalam Architecting the Digital Transformation.