Dalam bukunya tentang para tupai, Stephen Denning (2000) menceritakan pengalamannya di World Bank, bahwa penceritaan adalah alat yang sangat efektif untuk berbagi sudut pandang dengan karyawan perusahaan. Dari perspektif Knowledge Management (KM), penceritaan bukan hanya sekadar metode komunikasi, tetapi juga menjadi salah satu faktor keberhasilan penting yang mampu meningkatkan kinerja dan daya saing perusahaan. Dengan kekuatan narasi, penceritaan dapat menyampaikan visi perusahaan secara mendalam. Cerita yang bersifat nyata, namun sederhana, memiliki kemampuan unik untuk menanamkan visi perusahaan dalam bentuk prinsip-prinsip dan konsep-konsep yang relevan. Hal ini memungkinkan visi tersebut untuk dipahami dan diadaptasi dalam berbagai konteks, menciptakan koneksi yang lebih kuat antara individu, organisasi, dan tujuan bersama. Melalui cerita, visi perusahaan tidak hanya menjadi sesuatu yang dihafal, tetapi juga dipahami dan dihidupi oleh setiap anggota organisasi.

Dari buku Denning, dipaparkan bagaimana kita dapat membuat cerita yang baik untuk tujuh tujuan yang berbeda sesuai kebutuhan kita:

1. Untuk Mengomunikasikan Ide Kompleks dan Mendorong Tindakan

Gunakan cerita yang benar, memiliki satu tokoh utama yang relevan dengan audiens, dan berfokus pada hasil positif. Cerita harus disampaikan dengan detail minimal untuk memancing imajinasi dan memberikan arahan yang jelas, seperti menggunakan frasa “Just imagine…” atau “What if…”. Cerita yang sukses akan menginspirasi audiens untuk bertindak.

2. Untuk Mengomunikasikan Siapa Anda

Ceritakan kisah yang menunjukkan kekuatan atau kerentanan dari masa lalu Anda, serta cerita yang benar dan emosional. Cerita ini harus disampaikan dengan konteks agar audiens dapat memahami Anda lebih baik, memungkinkan mereka untuk mempercayai Anda sebagai individu.

3. Untuk Menyampaikan Nilai-Nilai

Ceritakan bagaimana seorang pemimpin menghadapi kesulitan, relevan dengan konteks saat ini, dan dapat dipercaya. Pastikan cerita ini konsisten dengan tindakan dan nilai-nilai kepemimpinan yang ingin Anda komunikasikan, sehingga audiens memahami bagaimana nilai-nilai tersebut diterapkan dalam praktik.

4. Untuk Mengajak Orang Bekerja Sama dalam Sebuah Kelompok atau Komunitas

Gunakan cerita yang emosional dan relevan dengan pendengar. Cerita ini harus disampaikan dengan konteks yang menciptakan dasar bersama untuk bertindak, seperti berbagi pengalaman yang mendorong kolaborasi. Audiens yang terlibat akan lebih siap untuk bekerja sama sebagai tim.

5. Untuk Mengatasi atau Menetralkan Gosip Negatif

Sampaikan cerita yang mengungkap humor atau ironi dalam berita buruk, dan pastikan cerita itu benar. Gabungkan kebenaran dengan kepedulian untuk memberikan pemahaman baru. Cerita yang sukses akan membantu audiens melihat gosip atau informasi negatif dari perspektif yang berbeda, mengurangi dampaknya.

6. Untuk Membagikan Informasi dan Pengetahuan

Gunakan cerita yang mencakup masalah, konteks, solusi, dan penjelasan. Cerita harus memuat detail yang mencerminkan berbagai perspektif, menyoroti tantangan, dan cara mengatasinya. Verifikasi kebenaran cerita untuk memastikan kredibilitas. Cerita ini akan membantu audiens memahami “bagaimana” dan “mengapa” sesuatu dilakukan.

7. Untuk Memimpin Orang Menuju Masa Depan

Ceritakan kisah yang berfokus pada masa depan, evocative, dan menangkap ide dasar tentang ke mana arah yang dituju. Cerita harus disampaikan dengan detail secukupnya untuk membangkitkan pemahaman dan resonansi dengan audiens, serta memastikan mereka siap mengikuti visi yang ditetapkan. Cerita yang sukses akan membantu audiens memahami arah yang mereka tuju.